BAB. I PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku disekolahnya itu biasa disebut DisiplinSiswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut Disiplin Sekolah. Disiplin Sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolah. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, berperilaku social dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik dan kesalahan perlakuan psikologis,
1.2            Tujuan Penelitian
Tujuan penyusunan makalah kedisiplinan ini adalah:
1.      Memenuhi tugas dari kegiatan LOS SMK YAPALIS KRIAN-SIDOARJO 2015/2016
2.      Mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin siswa terhadap perkembangan prestasi dan tingkah laku di sekolah
3.      Ikut serta dalam upaya mengembangkan penanaman disiplin pada diri siswa
1.3            Manfaat Penelitian
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah mengetahui seberapa besar penerapan displin yang dilaksanakan oleh siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Talang Bakung khususnya kelas IX A. Dan seberapa besar upaya warga sekolah, khususnya Guru dalam usaha meningkatkannya
BAB II PEMBAHASAN
2.1     Pengertian Disiplin
          Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang  berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami pekembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang betujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
2.2     Disiplin di Sekolah
          Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negative siswa. Perilaku negative yang terjadi dikalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, geng motor dan berbagai tindakan yang menjurus kearah criminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk menyimpang lainnya. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain factor lingkungan, keluarga, dan sekolah.  Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu factor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya.
Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada siswa atau warga sekolah lainnya yang melanggar tata tertib atau kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah, yang secara eksplisit berbentuk larangan-larangan. Hal ini menurut DepDiknas(2001:10). Sanksi yang diterapkan agar bersifat mendidik, tidak bersifat hukuman fisik, dan tidak menimbulkan trauma psikologis. Sanksi dapat diberikan secara bertahap dari yang paling ringan sampai yang seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa:
1.      Teguran lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran ringan terhadap ketentuan sekolah yang ringan.
2.      Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuat rangkuman buku tertentu, menterjemahkan tulisan berbahasa inggris dan lain-lain.
3.      Melaporkan secara tertuliskepada orang tua siswa tentang pelanggaran yang dilakukan putera-puterinya.
4.      Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang bersangkutan tidak mengulangi lagi pelanggaran yang diperbuatnya.
5.      Melakukan skorsing kepada siswa apabila yang bersangkutkan melakukan pelanggaran peraturan sekolah berkali-kali dan cukup berat.
6.      Mengeluarkan yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang bersangkutan tersangkut perkara pidana dan perdata yang dibuktikan oleh pengadilan.
2.3     Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
          Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003)  mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu:
1.      Konsep diri, untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin,guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka.
2.      Keterampilan berkomunikasi, guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan mendorong kepatuhan siswa.
3.      Konsekuensi- konsekuensi logis dan alami, guru disarankan dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya, dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
4.      Klarifikasi nilai, guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.
5.      Analisis transaksional, guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah.
6.      Terapi realitas, sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.
7.      Disipin yang terintegrasi, metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8.      Modifikasi perilaku, perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.
9.      Tantangan bagi disiplin, guru diharapkancekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.

Cara Mengatasi Masalah Disiplin Siswa
Hanya super teacher yang tidak mudah kesal dengan perilaku siswa yang suka melanggar disiplin di kelas atau aturan sekolah secara umum. Saya sendiri juga suka merasa gondok... Ughhh kesal, bila menghadapi siswa melanggar disiplin yang telah ditetapkan secara bersama. Bagaimana dengan Bapak atau Ibu Guru?

Disiplin dan penegakan aturan di kelas dan sekolah mungkin merupakan hal yang sulit dilakukan oleh setiap guru pemula. Guru senior? Ah...
sepenglihatan saya mereka sudah oke-oke dalam menangani ini. Pelanggaran disiplin dan aturan, terlebih-lebih bila terjadi di dalam kelas anda tentu akan sangat mengganggu apabila sudah parah. Ini tidak bisa dibiarkan dan harus diatasi segera. Sebenarnya masalah disiplin dan pelanggaran tidak akan terjadi apabila guru selalu “aware’ dengan kondisi kelasnya. Ia harus senantiasa memonitor kelas: apakah ada siswa yang berbicara alih-alih belajar? Apakah ada siswa yang melakukan suatu tindakan sehingga mengganggu siswa lain atau membuatnya teralih perhatian dari belajar? Apabila hal-hal kecil semacam ini telah termonitor oleh guru secara awal, maka kasus pelanggaran disiplin akan jarang terjadi.

Ada beberapa tips atau cara yang mungkin dapat digunakan oleh Bapak / Ibu Guru berkaitan dengan masalah disiplin dan pelanggaran aturan, yaitu:
Guru adalah Teladan

Sampai saat ini guru tetap merupakan role model bagi siswa. Guru berada dekat dengan keseharian siswa. Guru adalah orang dewasa yang selalu berusaha membimbing mereka sehingga wajar jika guru akan selalu menjadi teladan bagi siswa. Sebagai teladan, guru musti menunjukkan sikap yang seharusnya sedemikian rupa sehingga perilaku yang baik, tata krama, adab, hingga semangat belajar dan rasa keingintahuannya dapat ditularkan atau dicontoh dan dipanut oleh semua siswanya. Guru yang suka melakukan tindakan yang bertentangan dengan disiplin sekolah cenderung juga akan selalu berhadapan dengan siswa yang suka melanggar peraturan yang dibuatnya. Hal ini terjadi karena rasa hormat (respect) kepada si guru juga tidak setinggi rasa hormat dengan guru lain yang berperilaku baik. 



Paling Mudah Peraturan Dikenalkan Pada Awal Tahun Pelajaran
Kapan waktu yang paling mudah untuk menyepakati suatu peraturan? Jawabannya adalah di awal tahun pembelajaran. Guru bersama-sama siswa di kelasnya dapat menyepakati aturan-aturan disiplin yang harus dipatuhi oleh semua orang. Ketika semua siswa telah mengetahui aturan-aturan dengan jelas, maka mereka akan berusaha untuk mentaatinya.

Setiap Peraturan Pasti Ada Manfaatnya
Aturan dibuat secara bersama kemudian disepakati, lalu seluruh anggota kelas berkomitmen untuk melaksanakannya sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Nah, aturan-aturan yang dibuat tentunya harus ada alasannya kenapa mesti demikian. Semua aturan itu harus ada manfaatnya secara logis dalam rangka membangun suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Peraturan tidak dibuat asal-asalan. Itulah sebabnya semua harus disepakati dan diketahui alasannya mengapa aturan itu diperlukan. Misalnya mengapa siswa tidak boleh makan atau minum atau ngemil saat pembelajaran? Alasannya misalnya, makan, minum atau ngemil saat belajar akan dapat mengganggu konsentrasi belajar, dst.

Konsistensi dan Keadilan Penerapan Peraturan
Peraturan dibuat untuk ditegakkan. Pelanggaran disiplin harus diatasi sedemikian rupa secara konsisten dan adil bagi sesiapa saja yang melanggarnya. Ketidakadilan dan ketidakkonsistenan akan membuat siswa yang satu menjadi tidak puas dan merasa dianaktirikan dibanding siswa lainnya. Jadi, jika diperlukan suatu hukuman (walaupun sebaiknya dihindari), putuskanlah secara adil tanpa melibatkan emosi.

Tangani Masalah Disiplin Sebisa Mungkin Tanpa Mengganggu Hal Lain
Banyak masalah disiplin yang sebenarnya dapat diatasi tanpa mengganggu hal lain yang seharusnya menjadi tugas guru. Penanganan disiplin yang kurang tepat juga dapat membuat suasana kelas menjadi tidak nyaman bagi semua siswa. Contohnya saja, pelanggaran disiplin ringan seperti berbicara saat pembelajaran berlangsung dapat ditangai tanpa memberikan hukuman. Karena ini hanya pelanggaran disiplin ringan, guru dapat mengatasi dengan santai tanpa harus mengganggu pembelajaran. Jika hanya ingin membasmi kecoak di rumah anda, tentu anda tidak harus membakar rumah bukan? Nah, misalnya untuk pelanggaran karena berbicara saat pembelajaran dapat guru atasi dengan perlahan-lahan sambil tetap melaksanakan pembelajaran (misalnya presentasi atau membimbing praktikum),  guru dapat kemudian menyentuh bahunya dan memberi isyarat dengan tatapan mata, bahwa perilaku berbicaranya sudah tidak sesuai dengan aturan kelas dan dapat mengganggu siswa lain.

Hindari Konfrontasi Di Depan Siswa
Kadang-kadang siswa pada kelas yang lebih tinggi juga dapat melakukan pelanggaran disiplin yang cukup berat dan mereka membuat dalih macam-macam yang dapat membuat guru kehilangan kendali emosi. Nah, sebelum hal itu terjadi, haruslah diingat bahwa guru tidak boleh terlibat konfrontasi di depan kelas dengan siswa yang melanggar peraturan tersebut. Untuk itu, guru mungkin terpaksa harus menginterupsi pembelajaran dengan meminta siswa menemuinya nanti setelah kegiatan pembelajaran di ruangan guru atau tempat lain yang baik, alih-alih mengajak siswa adu mulut di depan kelas. Sediakan waktu khusus untuk siswa tersebut di luar jam pelajaran, dan berbicaralah baik-baik kepadanya bahwa perilakunya itu sudah melanggar kesepakatan aturan kelas. 

Hindari Hukuman dengan Memperbaiki Perilaku Siswa
Jangan terlalu gampang menjatuhkan hukuman kepada siswa. Hukuman seringkali berefek negatif kepada siswa, apalagi bila siswa tersebut sering melanggar aturan dan disiplin. Usahakan terlebih dahulu memberikan pandangan dan penyadaran bahwa apa yang telah ia lakukan itu kurang baik atau salah dan telah melanggar aturan bersama yang telah disepakati. Ingatkan kembali siswa pelanggar disiplin itu bahwa perilakunya akan merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain (siswa lain dan guru). Bicara secara baik-baik seringkali justru lebih efektif dibanding menjatuhkan hukuman, apalagi tanpa dipikirkan terlebih dahulu hukuman apa yang cocok untuk pelanggaran tersebut.

Kadang-Kadang Humor Dapat Digunakan
Beberapa perilaku negatif yang berlawanan dengan aturan sekolah atau kelas dapat diperbaiki dengan penyadaran. Penyadaran kepada siswa-siswa karena melanggar aturan ini (terutama untuk pelanggaran-pelanggaran ringan) dapat dilakukan dengan menggunakan humor. “Menyentil” siswa yang melanggar disiplin seringkali kali efektif daripada memberikan nasehat yang panjang lebar. Siswa kita berada pada masa anak-anak atau pubertas yang cenderung tidak suka diberi nasehat panjang lebar. Memberikan sedikit sindiran dengan humor, tanpa menuju langsung kepada siswa pelanggar akan membuat suasana kelas menjadi fresh dan maksud guru bahwa ada siswa yang melakukan pelanggaran lalu menyadarkan mereka akan tercapai.

Tetaplah Berprasangka Baik Kepada Semua Siswa
Siapa yang suka diberi “cap”? Cap jelek dan buruk! Siapapun itu tentu tidak akan suka, demikian juga siswa. Jadi apabila siswa kita sering berperilaku buruk dengan melanggar aturan dan disiplin, maka janganlah mereka dicap sebagai “pelanggar peraturan”, “anak nakal”, “siswa malas”, “tukang ribut”, dsb. Diberi stigma jelek akan membuat siswa merasa seperti itulah mereka. Dan akhirnya, secara psikologis, mereka akan terus menerus melakukan pelanggaran aturan yang sama. Tetaplah berprasangka yang baik kepada semua siswa. Guru harus mempunyai harapan yang tinggi bahwa siswa-siswa akan berperilaku baik dan patuh pada aturan yang telah disepakati bersama.

Komunikasi Dengan Orang Tua Siswa dan Guru BK
Apabila guru telah mulai kewalahan menangani pelanggaran yang secara kualitas dapat dianggap berat, maka komunikasi dengan orang tua siswa sering kali sangat membantu. Juga dengan guru bimbingan konseling (BK). Siswa bisa saja tertutup dengan kita, tetapi misalnya, dengan pendekatan yang lebih baik oleh guru BK, mereka akan mengutarakan apa “masalah” mereka sehingga mereka membuat onar, dsb. Bantuan orang tua untuk terus memantau anak mereka secara sinergi dengan pihak sekolah sering dapat mencegah perilaku buruk menjadi lebih parah. Jadi tingkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi dengan orang tua atau wali murid, serta guru BK untuk anak-anak dengan kasus pelanggaran yang lebih berat.







BAB III PENUTUP
4.1     Kesimpulan
          Penegakan disiplin disekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah seputar kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacupada pembentukan sebuah lingkungan yang didalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapapun yang melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pelanggaran atas kepentingan umum didalam sekolah mesti diganjar dengan hukuman yang mendidik sehingga siswa mampu memahami bahwa nilai disiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian hidup bersama.
4.2     Saran

          Upaya yang mungkin bisa dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa antaranya pertama, guru disarankan untuk bersikap empatik, guru terampil berkomunikasi yang efektif, guru disarankan untuk menunjukkan perilaku yang salah sehingga membantu siswa untuk mengatasinya.

- Copyright © Kambing Liwa - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -