BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atletik adalah
gabungan dari berbagai jenis olahraga yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi lari, jalan, lempar, dan lompat. Atletik adalah salah
satu cabang olahraga tertua yang telah dilakukan oleh manusia sejak zaman purba
hingga sekarang, karena gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga ini
seperti berlari, berjalan, melempar, dan melompat adalah gerakan yang dilakukan
oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Atletik merupakan
dasar untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang terdapat didalam cabang
olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan latihan atletik, akan dapat
diperoleh berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi
kehidupan, karena didalam melakukan kegiatan atletik akan dilatih kekuatan,
kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi gerak,
keuletan, kedisiplinan, dan percaya diri serta tanggung jawab (Aip Syarifuddin
dan Muhadi, 1992/1993:60)
Lompat tinggi
termasuk salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Lompat tinggi adalah
salah satu keterampilan untuk melewati mistar yang berada diantara kedua
tiangnya. Tujuannya untuk mendapatkan lompatan yang setinggi mungkin.
Ketinggian lompatan yang dicapai oleh seorang pelompat tergantung kemampuan dan
persiapan masing-masing pelompat. Dengan adanya tugas membuat makalah ini dapat
menambah pengetahuan tentang lompat tinggi serta bagaimana teknik-tekniknya.
Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang disusunnya makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
1. Apakah
yang dimaksud dengan lompat tinggi?
2. Apakah
yang dimaksud dengan lompat tinggi gaya straddle?
3. Apakah
yang dimaksud dengan lompat tingggi gaya fosbury flop?
4. Apakah
yang dimaksud dengan lompat tinggi gaya gunting?
5. Apakah
yang dimaksud dengan lompat tinggi gaya guling sisi?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya
makalah ini adalah:
1. Menambah
pengetahuan tentang lompat tinggi
2. Menambah
kreativitas penulis
3. Menambah
pengetahuan penulis dalam menyusun makalah yang benar
4. Pembaca
dapat belajar membuat makalah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Lompat Tinggi
Lompat tinggi
merupakan salah satu dari cabang atletik yang menguji ketrampilan melompat
dengan melewat tiang mistar. Tujuan olahraga ini untuk memperoleh lompatan
setinggi-tingginya saat melewati mistar tersebut dengan ketinggian tertentu.
Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik. Lompat tinggi dilakukan
tanpa bantun alat. Dalam pertandingan, mistar akan dinaikkan setelah peserta
berhasil melewati ketinggian mistar. Setiap peserta akan diberi peluang
sebanyak tiga kali untuk melakukan lompatan. Jika peserta tidak berhasil
melewati mistar sebanyak tiga kali berturut-turut, dia dinyatakan gagal.
Pemenang ditentukan dengan lompatan tertinggi yang dilewati.
Ada 4 tahapan gerakan
lompat tinggi, yaitu:
1) Posisi
Awalan (ancang-ancang) adalah dengan gerakan berlari menuju mistar
2) Posisi
Tolakan adalah dengan gerakan tumpuan kaki pada lantai dasar untuk menaikan
badan menuju ke mistar
3) Posisi
Melayang adalah gaya saat posisi badan berada diatas mistar atau diudara
4) Posisi
Mendarat adalah terjatuhnya badan saat diatas matras
a) Sejarah
Lompat Tinggi:
Meskipun event lompat
tinggi diikut sertakan dalam kompetisi pada olimpiade kuno, kompetisi lompat
tinggi tercatat berlangsung pada awal abad ke-19 tepatnya di Skotlandia dengan
ketinggian 1,68 meter. Pada masa itu peserta menggunakan metode pendekatan
langsung atau teknik gunting. Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan.
Ada gaya-gaya tertentu yang harus dikuasai agar peserta terhindar dari
kecelakaan.
Pada abad ke -19
peserta lompat tinggi mendarat dan jatuh diatas tanah yang berumput dengan gaya
gunting, yaitu dengan cara membelakangi . Gaya ini ternyata banyak
mengakibatkan cedera bagi para peserta. Sementara kini, lompat tinggi dilakukan
dengan mendarat diatas matras sehingga kecelakaan dapat di minimalisir.
Atlet lompat tinggi sekarang banyak menggunakan teknik fosbury flop.
b) Lapangan
dan Perlengkapan Lompat Tinggi
Dalam pelaksanaan
lompat tinggi diperlukan alat khusus yaitu mistar yang dapat turun naik
dan matras tebal untuk pendaratan, ukuran perlengkapan dan bahan yang digunakan
harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oloeh PASI, yaitu:
1) Mistar
di buat dari logam atau kayu yang berbentuk bulat atau segi tiga dengan
diameter 25 mm sampai 30 mm, permukaan mistar harus datar atau halus dan kedua
ujung harus persegi agar bisa ditopang tiang mistar, panjang mistar tidak
kurang dari 4 m dengan berat 2,3 kg
2) Lintasan
untuk awalan sepanjang 18 m
3) Tiang
mistar harus dibuat dari logam atau kayu yang kuat dan kokoh. Ketinggian mistar
dinaikkan setiap 2-10 cm
4) Tempat
mendarat minimal berukuran 4x5 meter yang berupa matras atau karet busa yang
ditutup plastik atau kain
c) Hal
yang Harus Diutamakan dalam Lompat Tinggi
1) Lari
awalan dengan kecepatan yang terkontrol
2) Hindari
kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak
3) Capailah
gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar
4) Usahakan
angkat vertikal pada saat take off atau pada saat kaki bertolak meninggalkan
tanah
5) Doronglah
bahu dan lengan keatas pada saat take off
6) Lengkungkan
punggung di atas mistar
7) Usahakan
mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalam dari lutut kaki
8) Angkat
kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung
d) Peraturan
dalam Perlombaan Lompat Tinggi
1) Semua
peserta lompat tinggi harus bertolak menggunakan satu kaki
2) Seorang
pelompat dinyatakan gagal apabila:
- Menjatuhkan
mistar (dari tiangnya)
- Menyentuh
tanah termasuk daerah pendaratan dibalik bidang vertikal yang dibatasi oleh
kedua tiang dan perluasan bidang vertikal tersebut diluar kedua tiang lompat.
Yang dimaksud disini menyentuh dengan setiap bagian tubuh, tanpa terlebih
dahulu melewati mistar.
3) Urutan
peserta melakukan percobaanya (trial) ditentukan dengan cara undian
4) Sebelum
perlombaan dimulai juri lompat tinggi akan mengumumkan ketinggian pertama yang
dipasang, berapa cm kenaikan mistar berikutnya (pada ahir tiap giliran) sekali
perlombaan dimulai seorang peserta tidak diperbolehkan menggunakan daerah
awalnya atau tempat bertolaknya untuk maksud mengadakan latihan
5) Semua
peserta diberikan kredit terhadap semua lompatanya yang berhasil
6) Seorang
pelompat dapat memulai melompat pada ketinggian yang ia sukai diatas tinggi
minimum yang ditentukan dan akan melompat sesuka hatinya pada ketinggian
berikutnya. Tiga kali kegagalan berturut-turut pada ketinggian mana saja bila
terjadi pada seorang pelompat, dia dinyatakan gugur untuk melakukan lompatan
selanjutnya.
Catatan : pengaruh
dari peraturan ini bahwa seorang pelompat dibenarkan melewatkan kesempatan
melompat ke 2 dan ke 3 pada ketinggian tertentu (sesudah gagal sekali atau
kedua kali) dan masih boleh melompat pada ketinggian berikutnya
7) Setiap
pengukuran bagi suatu ketinggian baru harus dilakukan sebelum para pelompat
mencoba melompatinya..
8) Sekalipun
seluruh peserta sudah jatuh/ gugur seorang pelompat masih berhak melompat
sampai dia kehilangan haknya untuk meneruskan perlombaan, dalam hal ini
ketinggian mistar yang dinaikkan harus ditentukan sesudah berkonsultasi dengan
peserta bagaimana kehendaknya
B. Lompat Tinggi Gaya Straddle (Gaya
Guling)
Gaya straddle mulai
diperkenalkan pada tahun 1930, yaitu sejak Jim Steawrt dari Amerika, ia memakai
gaya ini dalam suatu perlombaan. Namun, saat itu belum diakui sebagai gaya yang
sah karena saat melewati mistar, posisi kepala lebih rendah dari pinggul (tidak
sesuai aturan). Pada tahun 1934 gaya ini mulai tersebar ke berbagai negara dan
sudah diakui sebagai gaya yang sah.
Gaya straddle dapat
dilakukan dengan mengambil jarak awalan dimulai dari samping antara 4, 6, 8, 10
langkah, tergantung dengan ketinggian target yang ingin dilewati. Jika
menggunakan kaki kiri sebagai tumpuan, maka ayunkanlah kaki kanan ke arah
belakang dengan posisi badan menuju kedepan. Setelah mengayunkan kaki, lalu
kemudian posisi badan pada saat diudara atau diatas mistar adalah dengan
keadaan tengkurap. Baiknya posisi pinggang diusahakan untuk lebih tinggi
dibandingkan dengan posisi kepala. Pada saat posisi terjatuh, tumpuan tepat
berada pada kedua tangan lalu kaki yang diayunkan pertama mendarat. Kemudian
dilanjutkan dengan menggulingkan badan yang diawali dengan bagian punggung
tangan dan berakhir pada bahu. Berikut adalah teknik untuk melakukan lompat
tinggi gaya straddle:
- Teknik
awalan gaya Straddle:
· Posisi
mengambil ancang-ancang yang tidak terlalu jauh
· Berlari
dengan tidak terlalu cepat atau sedang
· Awalan
posisi dari samping kurang lebih 30 hingga 40 derajat jarak dengan tiang
lompatan
· Berlari
agak menyerong dari arah mistar
- Teknik
tolakan gaya Straddle:
· Gunakan
tumpuan kaki yang disekat oleh mistar
· Pada
saat akan melakukan tolakan, baiknya posisi badan agak sedikit condong
kebelakang atau merebah
· Posisi
kaki bertumpuan menolak keatas, sehingga kedua lutut kaki lurus dan kedua
tangan serta kaki juga diayunkan dengan tenaga secara maksimal.
- Teknik
pada saat diatas mistar gaya Straddle:
· Badan
berposisi tengkurap
· Badan
agak sedikit turun pada saat posisi kaki akan diluruskan ke belakang
- Teknik
mendarat gaya Straddle:
Yang harus
diperhatikan ketika melakukan pendaratan adalah pelompat harus mengupayakan
untuk melakukan pendaratan yang halus dan mengeper supaya terhindar dari cidera
tubuh atau kelelahan yang belum waktunya. Pada saat mengunakan kaki kiri
sebagai tumpuan, maka posisi mendaratnya menggunakan kaki kanan terlebih
dahulu, begitu juga sebaliknya. Lalu barulah dilanjutkan dengan gerakan
berguling yang diawali bagian punggung.
C. Lompat Tinggi Gaya Fosbury Flop
Teknik ini merupakan
kebalikan dari teknik straddle. Jika lompatan pada teknik straddle berguling
padaa saat diatas mistar dengan posisi perut menghadap ke bawah dari arah
mistar. Namun untuk teknik flop sendiri yaitu dengan posisi punggung yang
menghadap pada bagian bawah mengarah agak sedikit menyerong ke kiri dan tidak
lagi berposisi tegak lurus seperti mistar.
Gaya Flop diciptakan
oleh Dick (Ricarod) Fosbury, seorang pelompat tinggi dari Amerika. Dalam
Olympiade Mexico tahun 1968 dengan gaya tersebut Fosbury berhasil menduduki
juara pertama. Mulai saat itu pula perhatiaan para ahli atletik tertuju pada
gaya baru yang unik itu. Dikatakan unik, karena saat melewati mistar posisi
badan dalam keadaan terlentang dan mendarat dengan bagian punggung terlebih
dahulu dalam posisi terlentang.
- Teknik
Awalan Flop
Pada teknik awalan
flop diarahkan dari depan tegak lurus menghadap mistar. Jika menggunakan kaki
kiri sebagai tumpuan dari depan tiang menuju kearah tiang sandaran mistar
sebelah kanan. Bila sudah pada langkah-langkah terakhir arah diubah agak
sedikit serong ke kiri dan tidak lagi berposisi lurus ke mistar.
- Teknik
Tolakan Flop
· Sebagai
tumpuan baiknya gunakan salah satu kaki yang paling kuat
· Jika
menggunakan kaki kiri diangkat dengan posisi lutut kaki ditekuk secara
bersamaan dengan badan diputar ke arah awalan
· Posisi
badan harus membelakangi mistar
· Posisi
punggun dilengkukan ketika melewati mistar
- Teknik
Flop Pada Saat diatas Mistar
· Posisi
kepala harus lebih mendahului pada saat melewati mistar
· Posisi
badan terlentang
· Posisi
punggung menghadap kebawah arah mistar
· Ketika
akan mencapai ketinggian penuh dan pinggang juga melewati mistar, baiknya
posisi kedua kaki diayunkan atau digerakan ke atas supaya dapat melewati mistar
secara sempurna.
- Teknik
Flop pada saat Mendarat
Punggung merupakan
bagian tubuh yang mendarat terlebih dahulu jika melakukan teknik flop. Hal
tersebut disebabkan sikap tubuh pada saat terlentang, maka teknik ini hanya
dapat dilakukan untuk pendaratan yang berbahan busa.
D. Lompat Tinggi Gaya Gunting
Gaya gunting
merupakan gaya yang ditemukan oleh Sweney sekitar tahun 1895 sehingga gaya
gunting disebut juga dengan gaya Sweney. Sebelumnya pada tahun 1880, Sweney
menggunakan gaya jongkok, selanjutnya tahun 1896 sweney mengubah gaya jongkok
menjadi gaya gunting.
Cara melakukan Gaya
Gunting: awalnya seorang atlet mengambil awalan dari tengah. Bila Seorang
Pelompat pada saat akan melompat menggunakan kaki kiri sebagai tumpuan lalu
memakai kaki kanan sebagai ayunan, maka ia mendarat (jatuh) dengan kaki kanan
juga.
Berikut ini
Tahap-tahap untuk melakukan Teknik Lompat Tinggi Gaya Gunting (scissors):
- Awalan
Awalan dapat
dilakukan dengan berlari dari arah depan agak serong kekanan atau kekiri
tergantung dari kaki mana yang akan dipakai sebagai tumpuan. Bila bertumpu
dengan kaki kiri, maka arah awalan dari depan agak serong kanan. Dan Bila
bertumpu dengan kaki kanan, maka awalan dari depan agak serong kekiri.
- Tumpuan
Tumpuan dilakukan
dengan kaki yang terjauh dari mistar (kaki luar). Kaki bebas (kaki ayun)
diayunkan lurus kedepan atas menyilang mistar.
- Melayang
Pada saat kaki ayun
terlujur menyilang mistar, kaki tumpu (misalnya kaki kiri) segera di ayun lurus
kesamping kanan dengan disertai memutar badan kekiri, pandangan kebawah. Saat
itu pula kaki bebas ayun (kanan) diayunkan lurus kebelakang, sehingga kedua
kaki seolah-olah seperti gerakkan gunting. Menjelang pendaratan kaki kiri
diayun lagi kekiri bawah, kaki kanan di ayun kebelakang
- Pendaratan
Setelah melayang, maka saatnya pendaratan yakni dilakukan dengan kaki tumpu terlebih dahulu, sikap badan menghadap mistar.
Setelah melayang, maka saatnya pendaratan yakni dilakukan dengan kaki tumpu terlebih dahulu, sikap badan menghadap mistar.
- Beberapa
kelemahan Gaya Gunting:
·
Titik tumpu jauh dari
mistar
·
Saat posisi melayang
melewati mistar, memerlukan banyak tenaga sehingga kurang efisien.
·
Saat melayang
melewati mistar, jarak antara titik berat badan dengan mistar terlalu jauh.
E. Lompat Tinggi Gaya Guling Sisi
Gaya Guling Sisi atau
Guling samping (westren roll/westren form) diciptakan oleh G. Horin (Amerika)
pada tahun 1912. Gaya ini ini tidak dapat berkembang, karena terbentur adanya
peraturan perlombaan yang berlaku saat itu. Gaya guling sisi ini pada saat
melewati mistar posisi kepala cenderung lebih rendah dari pinggul, hal ini
tidak sah dan disfikualifikasi. Oleh sebab itu, gaya ini tidak pernah dipakai
diperlombaan.
Semua pelompat
terpaksa harus memakai gaya gaya sebelumnya. Namun demi peningkatan prestasi,
pada tahun 1934 peraturan tersebut dicabut dan berlakulah peraturan baru, yaitu
pada saat melewati mistar posisi kepala boleh lebih rendah dari pinggang.
Prestasi yang pernah dicapai dengan gaya guling sisi adalah 2.03 m atas nama
Johnson dari Amerika. Mulai saat itulah gaya guling sisi tersebar keberbagai
negara termasuk Indonesia.
Tahap-tahap untuk
melakukan teknik lompat tinggi gaya guling sisi:
1) Awalan
- Arah awalan dari samping/serong sekitar 35-40 derajat. Bila bertumpu dengan
kaki kanan maka awalan dari serong kanan begitu sebaliknya bila berumpu dengan
kaki kiri maka awalan serong kiri.
2) Tumpuan
- Bertumpu dengan kaki yang terdekat dengan mistar (kaki dalam) kaki ayun
kedepan menyilang mistar.
3) Melayang
- Diatas mistar sikap badan miring dan sejajar dengan mistar saat itu pula
kepala segera diturunkan, sehingga posisi kepala lebih rendah dari pinggul.
Terus berguling meluncur kebawah.
4) Mendarat
- Mendarat dengan salah satu tangan dan kaki tumpu hampir bersamaan, atau
dengan kedua tangan lebih dahulu terus berguling menjauhi mistar. Bagi pemula
mendarat dengan kaki tumpu terlebih dahulu.
F. PERATURAN LOMPAT
TINGGI
10 Aturan dalam Olahraga Lompat Tinggi
Olahraga lompat tinggi merupakan salah satu olahraga
yang berasal dari cabang atletik yang memiliki tujuan dalam pengujian kemampuan
untuk melompat melewati mistar atau bar dengan ketinggian yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Untuk ketinggian minimal yang harus ditaklukkan adalah 2,5 meter di
mana ukuran panjang dari bar tersebut adalah 3,15 meter.
Jenis olahraga ini pada awalnya dipertandingkan di
Skotlandia pada abad ke 19. Pada saat itu atlet lompat tinggi diharuskan untuk
melakukan lompat tinggi gaya gunting dan jatuhnya dengan cara membelakangi.
Gaya ini ternyata menimbulkan banyak cedera pada peserta lompat tinggi. Untuk
meminimalisir cedera maka digunakanlah matras sebagai tempat pendaratan para
peserta.
Selanjutnya, 1 abad kemudian, modernisasi lompat
tinggi dilakukan oleh Michael Sweeney. Tepatnya pada tahun 1895, ia berhasil
melakukan lompatan setinggi 1,97 meter. Dalam melakukan lompatan tersebut, gaya
yang digunakan oleh Michael Sweeney adalah dengan mengambil off yang mirip
dengan off pada gaya gunting, namun modifikasi dilakukan oleh Michael Sweeney
dengan memperpanjang lenturan punggung yang mendatar di atas mistar.
Selain Michael Sweeney, warga Amerika lain yang
berinovasi pada olahraga lompat tinggi adalah George Horine. George Horine
mengembangkan teknik lompat tinggi yang lebih ekonomis, efektif dan efisien.
Teknik ini disebut teknik western roll. Dengan teknik ini George Horine dapat
melakukan lompatan setinggi 2,01 meter pada tahun 1924. Pada Olimpiade Berlin
yang diselenggarakan pada tahun 1936, teknik lompatan yang dilakukan oleh
George Horine menjadi populer dan banyak dilakukan oleh peserta yang lainnya.
Pada Olimpiade Berlin, untuk cabang olahraga atletik lompat tinggi dimenangkan
oleh Cornellius Johnson yang berhasil memperoleh ketinggian 2.03 meter.
Ada 4 gaya populer dalam lompat tinggi, gaya tersebut
adalah gaya gunting, gaya flop, gaya guling sisi dan gaya straddle.
1.
Gaya gunting – Gaya gunting ini disebut juga gaya sweenery. Untuk
melakukan gaya ini adalah melakukan lompatan dari tengah. Pada saat melompat
Anda dapat menggunakan satu kaki, dan biasanya kaki yang digunakan adalah kaki
kiri. Sedangkan kaki yang bebas digunakan sebagai ayunan. Pada saat posisi
tubuhmelayang di udara, apabila menggunakan kaki kiri maka putar tubuh ke kanan
dan sebaliknya.
2.
Gaya Straddle – Ciri dari gaya straddle ini adalah ketika tubuh Anda
melewati mistar, maka kembalikan tubuh Anda seperti semula. Pada saat melakukan
tolakan pada gaya straddle maka gunakan salah satu kaki yang paling kuat dan
paling dominan. Agar dapat melewati mistar maka posisi badan dibalik, sehingga
ketika badan berada di atas mistar, posisi badan menelungkup.
3.
Gaya Flop – Perbedaan gaya flop dan gaya straddle adalah, ketika
berada di atas mistar gaya straddle menelungkup sedangkan posisi badan ketika
melakukan gaya flop adalah telentang. Pada saat mendarat, posisi badan yang
melakukan adalah bagian punggung.
4.
Gaya guling Sisi
– Gaya guling sisi disebut juga
gaya western roll, gaya ini berasal dari negeri paman sam yang ditemukan oleh
G. Horin pada tahun 1912. Tetapi gaya ini tidak dikembangkan lagi karena ada
peraturan. Pada dasarnya gaya guling ini posisi kepala lebih rendah dengan
pinngul, karena alasan inilah gaya ini tidak boleh dipergunakan kembali.
Pada lompat tinggi, seperti olahraga lainnya tentu ada
peraturan dan standar tertentu. Berikut ini akan dijelaskan mengenai skema umum
10 aturan dalam olahraga lompat tinggi.
1. Tempat bertolak
atau jalur melakukan ancang-ancang
·
Pada jalur
ancang-ancang, panjang minimumnya adalah 15 meter, tetapi panjang ini beda
dengan yang digunakan ketika perlombaan. Pada perlombaan panjang ancang-ancang
minimal adalah 20 meter.
·
Panjang jalur
ancang-ancang dapat menjadi minimal 25 meter apabila kondisi mengijinkan.
·
Kemiringan maksimal
yang dimiliki oleh jalur ancang ancang dibanding dengan tempat bertolak secara
keseluruhan tidak boleh lebih dari 1 : 250 dengan arah menuju ke pusat mistar
yang digunakan untuk olahraga lompat tinggi.
·
Titik yang digunakan
untuk bertumpu atau melakukan tolakan ketika akan melompat haruslah memiliki
permukaan datar.
2. Tiang lompat
·
Semua bentuk ataupun
model untuk tiang lompat dapat digunakan dalam kompetisi lompat tinggi, asalkan
tiang lompat tersebut bersifat kaku dan kekar
·
Tiang mempunyai
penopang yang kokoh dan kaku untuk mistar
·
Tiang lompat harus
cukup tinggi untuk melebihi tiang yang sebenarnya. Di mana mistar akan
dinaikkan minimal setiap 10 cm.
·
Jarak antara tiang
lompat tidak kurang dari 4 meter, sedangkan jarak antara tiang ompat juga tidak
lebih dari 4.04 meter.
·
Tiang lompat tidak
boleh dipindah ketika perlombaan atau kompetisi sedang berlangsung. Namun
apabila tiang tersebut sudah tidak sesuai dengan titik atau tempat bertumpu dan
sudah tidak sesuai dengan tempat mendarat, maka wasit dapat mengambil
keputusannya untuk menyesuaikan tiang tersebut.Dalam hal ini perlombaan harus
dilakukan setelah satu tahap telah lengkap dan telah selesai dilakukan.
3. Penopang dan
mistar
·
Penopang dalam lompat
tinggi harus berbentuk segi empat dan datar dengan lebar 4 cm dan panjang
sebesar 6 cm.
·
Penopang pada lompat
tinggi harus dipasang secara kokoh dan kuat di mana dipasang saling berhadapan.
·
Mistar yang digunakan
pada lompat tinggi harus dibuat dari bahan bukan metal, seperti fiber glass
atau bahan yang lain yang sekiranya cocok. Bagian tengah dari mistar atau
potongan melintangnya adalah bulat silindris kecuali yang ada di bagian ujung
mistar.
·
Berat maksimal sebuah
mistar dalam lompat tinggi adalah 2 kg.
·
Diameter atau panjang
garis tengah dari mistar yang berbentuk bulat silindris adalah 30 mm (lebih
atau kurang dari 1 mm masih diperbolehkan)
·
Mistar dalam lompat
tinggi harus terdiri dari 3 bagian. Pertama adalah bagian yang silindris dan
bagian yang kedua dan ketiga adalah ujung mistar. Untuk panjang dari bagian
pertama adalah 30-35 mm dan untuk bagian yang kedua dan ketiga adalah 15-20 cm.
Panjang yang berbeda agar mistar dapat diletakkan di tiang penopang.
·
Ujung mistar lompat
harus diletakkan dan diatur sedemikian rupa sehingga apabila peserta lompat
tinggi menyentuh mistar ketika sedang melakukan proses lompatan, maka mistar
tersebut akan mudah jatuh. Entah itu jatuh ke depan ataupun jatuh ke belakang.
·
Penopang mistar pada
lompat tinggi tidak boleh diselimuti oleh karet atau bahan lain yang dapat
menambah friksi atau gesekan antara mereka dengan permukaan lompat. Penopang
mistar juga tidak dibenarkan untuk memakai pegas atau bahan pir apapun.
Sebelum kompetisi lompat tinggi akan dilkaksanakan,
ketua judge atau ketua juri akan mengumumkan kepada seluruh peserta lomba
tentang tinggi awal dan tinggi selanjutnya. Ketinggian mistar yang akan
dinaikkan setiap ronde juga diberitahukan oleh ketua juri kepada peserta lompat
tinggi. Ketinggian akan terus dinaikkan hingga hanya ada satu peserta atau satu
atlet yang tersisa dan peserta tersebut akan memenangkan perlombaan atau
terjadi hal yang sama untuk kedudukan pertama.
4. Tempat pendaratan
·
Tempat pendaratan
tidak boleh kurang dari 5 m x 3 m
·
Tempat pendaratan
tidak boleh lebih kecil dari 6 m x 4 m x 0.7 m
5. Latihan dan
pemanasan pada arena perlombaan
·
Pada olahraga cabang
atletik ini, jika perlombaan belum dimulai maka peserta lomba dapat
melakukan practice trialsatau latihan praktek lomba.
·
Ketika perlombaan
atau kompetisi sudah dimulai dan dilaksanakan, maka peserta tidak boleh
menggunakan sarana dan prasarana yang ada untuk maksud lain seperti maksud
untuk practice trials. Sarana dan prasarana tersebut meliputi jalur
ancang-ancang atau jalur awalan dan area bertolak atau bertumpu serta peralatan
lomba lainnya.
6. Tanda atau marka
ada lompat tinggi
Dalam semua perlombaan lapangan apabila suatu jalur
awalan atau jalur ancang-ancang digunakan, maka tanda atau marka harus
ditetapkan pada jalur tersebut. Hal ini dikecualikan untuk lompat tinggi yang
mana marka dapat diletakkan di jalur awalan. Seorang peserta dalam
kompetisi lompat tinggi dapat menggunakan satu atau dua marka yang nantinya
akan disediakan oleh pantia penyelenggara. Marka digunakan agar dapat membantu
peserta ketika melankukan lari ancang-ancang dan memulai untuk bertolak. Bila
marka tidak ada atau tidak disediakan, maka boleh menggunakan pita perekat.
Sedangkan yang tidak boleh digunakan adalah kapur atau bahan yang sukar dihapus
nantinyya dan akan meninggalkan bekas.
7. Urutan perlombaan
Para peserta perlombaan lompat tinggi ketika belomba
harus sesuai urutan hasil dari suatu undian. Apabila ada di babak penyisihan
atau kualifikasi, maka harus dadakan undian lagi yang baru untuk di babak
final.
8. Giliran lomba
(Trials)
Dalam semua nomor dalam perlombaan lapangan,
terkecuali kompetisi lompat tinggi dan lompat galah, dan peserta perlombaan
lebih dari 8 orang atlet, maka setiap peserta kompetisi berhak melakukan 3 kali
giliran lomba dan 8 peserta lomba dengan hasil sah terbaik berhak mengikuti 3
kali giliran lomba tambahan. Dalam event dengan hasil yang sama untuk
kualifikasi yang terakhir, maka harus dipecahkan seperti di bawah ini.
Apabila peserta kurang dari sama dengan 8, maka setiap
peserta berhak memperoleh 6x giliran lomba. Pada kedua kasus dalam permasalahan
mengenai urutan berlomba di 3 babak terakhir diatur dengan urutan yang terbalik
pada ranking yang dicatat setelah 3x giliran., di mana tidak ada peserta yang
dapat diijinkan untuk melakukan giliran lomba melebihi 1 kali giliran lomba
yang dicatat dalam satu babak.
Pada seluruh perlombaan atletik internasional, namun
kecuali pada kejuaran jumlah giliran pertandingan dalam lapangan horizontal
memungkinkan untuk dikurangi. Namun yang perlu digarisbawahi adalah hal ini
harus mendapat persetujuan dari lembaga nasional atau internasional yang
mengatur pertandingan tersebut.
9. Bila hasil yang
diperoleh sama
Bila terjadi hasil yang sama pada peserta, maka yang
dapat dilakukan adalah :
·
Peserta dengan jumlah
lompatan yang lebih rendah pada ketinggian dimana “hasil sama” sedang terjadi,
maka harus diberikan kedudukan yang lebih tinggi
·
Ketika hasil yang
sama itu masih terjadi, maka peserta dengan total kegagalan yang paling rendah
atau paling kecil selama perlombaan sedang berlangsung sampai dengan ketinggian
yang dilewatinya harus diberikan kedudukan yang lebih tinggi.
·
Bila masih ada hasil
yang tetap sama maka ada dua hal yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah
jika hal ini menyangkut kedudukan peserta sebagai pemenang final atau juara 1,
maka peserta yang menghasilkan score yang sama harus melakukan lompatan sekali
lagi pada ketinggian dimana mereka terlibat pada hasil yang sama maka kehilangan
hak mereka untuk menereskun perlombaan, Dan apabila masih belum ada keputusan
yang dicapai, maka mistar lompat akan dinaikkan apabila tlet yang membuat hasil
yang sama berhasil dan dapat melakukannya. Dan mistar lompat akan diturunkan
apabila tidak berhasil. Penurunan ini sebesar 2 cm. Para peserta akan mencoba
satu kali lompatan pada setiap ketinggian yang telah ditetapkan sampai hasil
yang sama dapat dipecahkan. Yang kedua adalah jika menyangkut kedudukan lomba
lain, maka peserta lomba yang hasilnya sama harus diberikan posisi yang sama
juga dalam pertandingan tersebut.
10. Peserta
dinyatakan gagal
Seorang peserta pada pertandingan lompat tinggi akan
dinyatakan gagal apabila melakukan hal berikut:
·
Setelah peserta
melakukan lompatan ke mistar dan mistar lompat tersebut tidak berada pada
penopangnya lagi karena peserta menyentuhnya, maka peserta tersebut dinyatakan
gagal.
·
Apabila peserta
menyentuh tanah, termasuk pada daeah pendaratan di balik bidang tegak dari sisi
lenih dekat dari tiang, baik itu ada di Antara atau di luar tiang lompat dengan
slah satu bagian tubuh peserta tanpa melewati mistar lompat terlebih dahulu.
Namun apabile peserta peserta melompat dan menyentuh tempat mendarat dengan
kakinya dan menurut keputusan dari juri tidak memperoleh keuntungan, maka
lompatan peserta tersebut dianggap suatu kegagalan.
·
Untuk membantu
menerapkan peraturan, suatu garis putih yang mempunyai lebar berukuran 50 mm
harus ditempatkan dengan titik 3 m di luar tiap-tiap tiang, sisi yang lebih
dekat dengan sisi dari tiang lompat.
Selain memperhatikan 10 aturan dalam olahraga lompat
tinggi, Anda juga perlu mengetahui 4 tahapan dalam melakukan olahraga lompat
tinggi. Tahapan ini dibagi menjadi 4 posisi di mana posisi tersebut antara lain
adalah posisi awalan, posisi melayang, posisi tumpuan dan posisi mendarat.
Berikut ini adalah penjelasan setiap posisi tersebut secara lebih detail
1. Posisi awalan
Ketika Anda akan melakukan lompatan pada lompat
tinggi, hal yang pertama Anda lakukan adalah berlari menuju mistar yang digunakan
untuk melakukan lompatan. Awalan disini harus tepat dan tetap. Mengapa
harus tetap? Alasannya adalah banyaknya langkah, irama dan kecepatan
dalam setiap awalan juga harus selalu tetap. Untuk melakukan lompat tinggi,
kita harus tahu gaya apa yang digunakan agar dapat menentukan sudut
awalan. Untuk gaya Scots sekitar 30 hingga 45 derajat. Gaya gunting 40
hingga 50 derajat., gaya guling sisi dan gaya straddle sekitar 40 derajat dan
gaya flop 70 hingga 85 derajat kemudian mengecil menjadi 30 hingga 45 derajat
2. Posisi tolakan
Posisi tolakan adalah posisi dengan menggerakkan
tumpuan kaki Anda yang paling kuat ( bisa kaki kiri Anda atau kaki kanan Anda)
pada lantai dasar untuk menaikkan badan Anda menuju ke bar atau menuju ke
mistar. Saat bertumpu, kaki Anda harus berada di titik atau area tumpu.
Baagaimana kita tahu titik tumpu kita yang baik ? Untuk mendapatkan titik tumpu
yang tepat maka Anda harus melakukan latihan yang banyak. Jika titik tumpu Anda
terlalu dekat dengan mistar maka badan Anda akan menyentuh mistar ketika badan
Anda akan naik ke atas. Apabila titik tumpu Anda terlalu jauh, makabadan Anda
akan menyentuh mistar saat Anda bergerak turun. Ketika badan Anda
menyentuh mistar dan mistar tersebut jatuh ke depan atau ke belakang, maka
lompatan Anda akan dianggap tidak sah dan gagal. Maka dari itu titik tumpu
disini perlu diperhatikan dan dilatih terus agar menghasilkan lompatan yang
baik dan benar.
3. Posisi melayang
Posisi melayang disini adalah posisi ketika badan Anda
berada di atas bar atau mistar. Posisi ini akan Anda dapat ketika Anda setelah
melakukan posisi tumpuan dan mendorong badan Anda ke atas. Pada saat ini juga
badan Anda melayang di udara. Ketika Anda melakukan gerakan ini, usahakan
kedudukan titik berat badan Anda sedekat mungkin dengan mistar. Titik tinggi
ketika Anda melambung maksimal harus tetap di atas dan ada di bagian tengah
mistar. Lakukan gerakan ini dengan tenaga yang minimal untuk menghindari adanya
gerakan-gerakan lain yang tidak perlu.
4. Posisi mendarat
Posisi ini adalah posisi terakhir dari serangkaian
gerakan lompat tinggi. Posisi ini adalah posisi jatuhnya badan Anda saat
mendarat di atas matras. Cara melakukan pendaratan tergantung dari
masing-masing gaya pada lompat tinggi. Ada dua halyang perlu Anda cermati dalam
posisi Anda mendarat. Yang pertama adalah lakukan dengan stAndar. Yang kedua,
posisikan badan Anda sedemikian rupa agar badan Anda terhindari dari cidera
yang tidak diinginkan.
Demikianlah keseluruhan artikel mengenai 10 aturan
dalam olahraga lompat tinggi yang dapat menjadi referensi Anda, para atlet atau
akademisi, untuk mempelajari lebih jauh mengenai olahraga tersebut. Dengan
mengetahui mengenai aturan pada lompat tinggi, dapat membantu untuk menentukan
strategi baik dalam pelatihan sebelum pertandingan maupun kegiatan yang harus
dilakukan selama mengikuti pertandingan lompat tinggi tersebut. Semoga artikel
ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Selamat beraktivitas dan salam
olahraga!
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Lompat tinggi adalah
salah satu keterampilan untuk melewati mistar yang berada diantara dikedua
tiangnya. Ketinggian lompatan yang dicapai oleh seorang pelompat tergantung
dari kemampuan dan persiapan bertanding dari masing-masing atlet. Tujuan dari
lompat tinggi agar dapat mencapai lompatan yang setinggi-tingginya. Macam-macam
gaya dalam lompat tinggi adalah:
1. Gaya Straddle
2. Gaya Fosbury Flop
3. Gaya Gunting
(Scissors)
4. Gaya Guling
Sisi (Western Roll)
B. Saran
· Makalah
yang sederhana ini hendaknya dijadikan motivasi belajar bagi pembaca untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan lompat tinggi yang baik dan benar serta dapat
memperluas wawasan tentang pendidikan (atletik) yang lebih jauh dan lebih dalam
lagi, sehingga pembaca mengetahui dan mampu membaca keadaan-keadaan / permasalah
yang terjadi dalam olah raga lompat jauh
· Semoga
buku-buku atau website-website yang membahas tentang lompat tinggi dapat
diperlengkap lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://arifinbaraja94.blogspot.co.id/2013/09/peraturan-dalam-lompat-tinggi-high-jump.html (diakses tanggal 23 November 2016)
http://bisakali.com/pengertian-dan-macam-macam-gaya-teknik-lompat-tinggi/ (diakses tanggal 23 November 2016)
http://densusnadi.blogspot.co.id/2010/08/atletik-nomor-nomor-lompat.html (diakses tanggal 23 November 2016)
http://edukasicenter.blogspot.co.id/2015/10/teknik-melakukan-lompat-tinggi-gaya.html (diakses tanggal 23 November 2016)
http://nandocitischool.blogspot.co.id/2011/10/materi-lompat-tinggi.html (diakses tanggal 23 November 2016)
https://aturanpermainan.blogspot.co.id/2016/04/4-macam-gaya-dalam-lompat-tinggi.html (diakses tanggal 23 November 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Lompat_tinggi (diakses tanggal 23 November 2016)
Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. 2014. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud