BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada
air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun
sebagai hasil aktivitas manusia. Zat pencemar melalui udara
diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas.
Limbah gas sangat
berbahaya jika dikeluarkan terlalu berlebihan, baik untuk kesehatan pada
manusia, maupun untuk lingkungan sekitar kita. Maka dari itu melalui makalah
ini, kami akan berbagi sedikit tentang pemaparan limbah gas dan penanganannya.
Secara
alamiah pertikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa
oleh angin tau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang
tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau
bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin diesel yang
tidak terpelihara dengan baik.
Partikel
debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak
sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir – butiran tar.
Dibandingan dengan pembakaran batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umumnya
menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah
asap hitam pada total emisi partikulat debu.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk media pembelajaran tambahan
kami agar lebih banyak mempunyai referensi tentang pelajaran IPA Biologi dan untuk kehidupan kita semua.
C. Rumusan
Masalah
Bagaimana proses pencemaran limbah gas?
Apa saja unsur-unsur dari limbah gas?
Bagaimana pengaruhnya limbah gas untuk kesehatan
manusia?
Bagaimana cara penanganan limbah gas tersebut?
Sumber partikel debu?
Dampak partikel debu bagi kehidupan manusia?
Cara pengendalian dan penanggulangan debu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau
asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan
gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara.
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun
sebagai hasil aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb
sumber alami sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita
memperkirakan banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai
hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih
lagi jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya
aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses
maupun pasca prosesnya. Selain itu sebaran polutan ke atmosfir dapat pula
diperkirakan dengan berbagai macam pendekatan.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin terlihat
dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap,kabut dan fume-Sedangkan
pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas
tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2,
hidrokarbon dan lain-lain.
Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair.
Karena suatu kondisi temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat/cair itu
dapat berubah menjadi gas. Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama
bagi kesehatan,manusia seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap
pembakaran,uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain.
Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang
lepas di udara bebas dan lamanya berada dalam udara. Jangkauan pencemaran
melalui udara dapat berakibat luas karena faktor cuaca dan iklim turut
mempengaruhi.Pada malam hari zat yang berada dalam udara turun kembali ke bumi
bersamaan dengan embun. Adanya partikel kecil secara terus menerus jatuh di
atap rumah, di permukaan daun pada pagi hari menunjukkan udara mengandung
partikel. Kadang-kadang terjadi hujan masam.
B. Proses Pencemaran Udara / Gas
Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang
"bersih" disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup
tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini
terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutant).
Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran
masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder.
Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber
cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di
atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap
kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang
mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber
antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi
listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan
sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta
api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari
90% pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang
memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang
dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang
berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting
baik lokal, regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke
fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).
C. Unsur-Unsur Pencemar Udara / Gas
1) Karbon monoksida (CO)
Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami seperti: kebakaran
hutan, oksidasi dari terpene yang diemisikan hutan ke atmosfer, produksi CO
oleh vegetasi dan kehidupan di laut. Sumber CO lainnya berasal dari sumber
antropogenik yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan sumbangan
78,5% dari emisi total. Pencemaran dari sumber antropogenik 55,3% berasal dari
pembakaran bensin pada otomotif.
2) Nitrogen oksida (NOx)
Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber antropogenik
yaitu: NO dan NO2. Sumbangan sumber antropogenik terhadap emisi total ± 10,6%.
3) Sulfur oksida (SOX)
Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3,
H2SO4garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari
cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan ± 50%
dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol yang
berasal dari percikan air laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total.
4) Hidrokarbon (HC)
Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) + 860/ dari
emisi total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah 11%, dari rawa 34%,
hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain 5%. Cemaran hidrokarbon lain yang
cukup penting adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene)
dari tumbuhan ± 9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon dari
sumber antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari pembakaran bensin
1,8%, dari insineratc dan penguapan solvent 1,9%.
5) Partikulat
Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm.
Partikel dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi dari
atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya tidak
menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting
adalah dengan kisaran ukuran 0,1 - 10 μm. Sumber utama partikulat adalah
pembakaran bahan bakar ± 13% - 59% dan insinerasi.
6) Karbondioksida (CO2)
Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan sumber alami.
Sumber cemaran antropogenik utama adalah pembakaran batubara 52%, gas alam
8,5%, dan kebakaran hutan 2,8%
7) Metana (CH4)
Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2, CFC, dan N2O
menyebabkan efek rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Sumber
cemaran CH4 adalah sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%), pertambangan
dll (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar matahari yang
masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh permukaan bumi dan sebagian
disebarkan serta dipantulkan dalam bentuk radiasi panjang gelombang pendek
(30%) dan sebagian dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi inframerah
yang dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Gas-gas CH4, CFC, N2O,
CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi inframerah yang tertahan akan
meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan pemanasan global.
8) Asap kabut fotokimia
Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3, hidrokarbon
dan NOX membentuk senyawa baru aldehida (RHCO) dan Peroxy Acil Nitrat (PAN)
(RCNO5).
9) Hujan asam
Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka akan diubah
menjadi HNO3 dan H2SO4.
Adanya hidrokarbon, NO2, oksida logam Mn (II), Fe (II), Ni (II), dan Cu
(II) mempercepat reaksi SO2 menjadi H2SO4.
HNO3 dan H2SO4 bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI menyebabkan derajad
keasaman (pH) hujan menjadi rendah <>
D. Penyakit yang Disebabkan Oleh Pencemaran Udara / Gas
Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh pencemaran udara adalah:
1) Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita
maupun pria kurang lebih sama. Hal ini membuktikan bahwa prevalensinya tak
dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat
terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
2) Emphysema pulmonum.
3) Bronchopneumonia.
4) Asthma bronchiale.
5) Cor pulmonale kronikum. Di daerah
industri di Republik Ceko umpamanya, dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit
ini. Demikian juga di India bagian utara di mana penduduk tinggal di
rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.
6) Kanker paru. Stocks & Campbell
menemukan mortalitas pada nonsmokers di daerah perkotaan 10 kali lebih besar
daripada daerah pedesaan.
7) Penyakit jantung, juga ditemukan 2 kali
lebih besar morbiditasnya di daerah dengan pencemaran udara tinggi. Karbon-monoksida
ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada
tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin
adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar COI-Ib sama atau
lebih besar dari 50%, akin dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih
rendah dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung. Scharf dkk (1974)
melaporkan suatu kasus dengan infark myocard transmural setelah terkena CO.
8) Kanker lambung, ditemukan 2 kali Iebih
banyak pada daerah dengan pencemaran tinggi.
9) Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi
mata, kulit dan sebagainya banyak juga dihubungkan dengan pencemaran udara. Juga gangguan
pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah
ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah
kota dengan tingkat pencemaran tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya
normal.
Di Jepang sekarang secara resmi telah diakui oleh pemerintah pusat maupun daerah, sejumlah 7 macam penyakit yang berhubungan dengan pencemaran (pollution related
diseases). yaitu:
1) Bronchitis kronika
2) Asthma bronchiale
3) Asthrnatik bronchitis
4) Emphysema pulmonum dan komplikasinya
5) Minamata disease (karena pencemaran air
dengan methyl-Hg)
6) Itai-itai disease (karena keracunan cadmium
khronik)
7) Chronic arsenik poisoning (pencemaran air
dan udara di tambang tambang AS).
Orang-orang dengan keterangan sah menderita penyakit ini, yang dianggap
disebabkan oleh salah satu macam bahaya pencemaran, akan mendapat kompensasi
akibat kerugian dan biaya perawatan dari penyakitnya
oleh polluters.
E. Penanganan
Limbah Gas
Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau
materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan
beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat
yang terbawah bersamanya.
1) Mengontrol Emisi Gas Buang
· Gas-gas buang seperti sulfur
oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol
pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan
dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan
cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
· Mekanisme kerja filter basah
ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode
menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat.
· Gas nitrogen oksida dapat
dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu
pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik
(catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
· Selain cara-cara yang
disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan pembakaran
bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih
sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2) Menghilangkan Materi
Partikulat Dari Udara Pembuangan
a. Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,
agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja
yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap
diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu)
harus segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang
keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau
bersifat alkalis dan lain sebagainya
b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang
ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip
kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas
buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga
partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara
5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c. Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip
kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian
bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut
semprotkan air turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap
siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam
prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
d. Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang
ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja
alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam
alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan
kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah
akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada
dimensi alatnya.
e. Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor
dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol
atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang
keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung
silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada
sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi
muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan
corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara
kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke
elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh
dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.
Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari bermacam-macam
senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan beracun dan berbahaya yang
tersimpan dalam pabrik.
Limbah gas, asap dan debu melalui udara adalah:
· Debu : Berupa padatan halus
· Karbon monoksida : Gas
tidak berwarna dan tidak berbau
· Karbon dioksida : Gas,
tidak berwarna, tidak berbau
· Oksida nitrogen : Gas,
berwarna dan berbau
· Asap : Campuran gas dan
partikel berwarna hitam: CO2 dan SO2
· Belerang dioksida : Tidak
berwarna dan herbau tajam
· Soda api : Kristal
· Asam chlorida : Berupa
larutan dan uap
· Asam sulfat : Cairan kental
· Amoniak : Gas tidak
berwarna, berbau
· Timah hitam : Gas tidak
berwarna
· Nitro karbon : Gas tidak
berwarna
· Hidrogen fluorida : Gas
tidak berwarna
· Nitrogen sulfida : Gas,
berbau
· Chlor : Gas, larutan dan
berbau
· Merkuri : Tidak berwarna,
larutan
F.
Sumber Partikel Debu
Secara alamiah
partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang
terbawa oleh
angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau
bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang
tidak terpelihara dengan baik.
Partikulat debu
melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna
sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan dengan
pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM
lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada
total emisi partikulat debu.
Demikian juga
pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM yang
cukup penting.
Berbagai proses
industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu
berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan
bermotor.
G.
Dampak Partikel Debu bagi Kehidupan
Partikel debu
selain memiliki dampak
terhadap kesehatan juga
dapat
menyebabkan
gangguan sebagai berikut:
1.
Gangguan aestetik dan fisik seperti terganggunya
pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan pengotoran.
2.
Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya
penutupan pori pori tumbuhan sehingga mengganggu jalannya photo sintesis.
3.
Merubah iklim global regional maupun internasional.
4.
Menganggu perhubungan/ penerbangan yang akhirnya
menganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat.
5.
Menganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi
pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru. Efek debu
terhadap kesehatan sangat tergantung pada: Solubity (mudah larut), Komposisi
Kimia, Konsentrasi Debu, dan Ukuran partikel debu
H.
Cara Pengendalian dan Penanggulangan
Pencemaran Partikel Debu Pengendalian debu dapat berdasarkan empat
simpul yaitu:
1.
Simpul I
Yaitu
pencegahan terhadap sumbernya antara lain:
Isolasi sumber
agar tidak mengeluarkan debu diruang kerja dengan ‘Local Exhauster’ atau
dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap. Substitusi
alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu
2.
Simpul II
Yaitu
pencegahan dilakukan terhadap media Transmisi dan udara ambient memakai
metode basah yaitu,penyiraman lantai dan pengeboran basah (Wet Drilling).
Dengan alat berupa Scrubber,Elektropresipitator,dan Ventilasi Umum.
Penanaman pohon atau reboisasi
3.
Simpul III
Yaitu Pencegahan
Terhadap Tenaga Kerja yang terpapar. Antara lain dengan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) berupa masker.
4.
Simpul IV
Yaitu
pencegahan terhadap penderita atau orang sakit akibat terpapar partikel debu
antara lain melalui pemeriksaan dan pengobatan serta rehabilitasi terhadap
korban atau orang sakit. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pemeriksaan
laboratorium dan radiologi untuk mengetahui kelainan akibat debu. Rehabilitasi
dilakukan terhadap korban yang mengalami cacat organ akibat terpapar partikel
debu dalam jangka waktu lama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah gas sangat
berbahaya jika dikeluarkan terlalu berlebihan, baik untuk kesehatan pada
manusia, maupun untuk lingkungan sekitar kita. Maka dari itu, kita sebagai
makhluk yang mempunyai akal dan pikiran harus mencintai pada lingkungan kita
sendiri dengan menjaga dan melestarikannya
Dampak dari
partikel debu diantaranya bagi kesehatan manusia yaitu dapat menimbulkan
iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru.
Selain itu, partikel debu dapat mempengaruhi perubahan iklim serta merusak
kehidupan tumbuhan.
Adapun cara
pengendalian dan penanggulangan debu yang dapat kita lakukan yaitu berdasarkan
dengan empat simpul. Empat simpul tersebut terdiri dari Simpul I (pencegahan
terhadap sumber), Simpul II (pencegahan dilakukan terhadap media), Simpul III
(pencegahan dengan memakai APD), dan Simpul IV (pencegahan terhadap penderita).
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang
adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’,
dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih
atas guru pembimbing mata pelajara IPA. Yang telah memberi kami
tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.
Partikel debu
merupakan salah satu penyebab pencemaran udara yang bisa membahayakan bagi
manusia, sehingga untuk meminimalisir terjadinya pencemaran udara akibat
partikel debu kita perlu melakukan pencegahan. Pencegahan yang dapat kita
lakukan diantaranya:
1.
Menggunakan pakaian pelindung dan juga masker debu.
2.
Anak, orang lanjut usia, dan seseorang yang mengalami
alergi atau penyakit yang berhubungan dengan pernapasan disarankan untuk
mengurangi aktivitas di luar rumah untuk menghindari alergi maupun iritasi.
3.
Untuk menghindari pemaparan yang berlebihan, apabila
sehabis bepergian sebaiknya membersihkan diri (mencuci muka, tangan, dan kaki,
mengganti pakaian dan lain sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/ayuxbovanded/makalah-partikel-debu